Asal-usul Minangkabau

Posted: 15 Mei 2008 in BUDAYA NUSANTARA, BUDAYA SUMATRA, SUKU MINANG
Tag:,

Suatu siang di sebuah kawasan di Ranah Minang. Puluhan warga memadati arena pertandingan. Di tengah lapangan, dua ekor kerbau kekar saling berhadapan. Mereka akan diadu untuk ditetapkan sebagai sang juara. Itulah sepintas adu kerbau yang menjadi budaya turun-temurun masyarakat Minangkabau, Sumatra Barat. Budaya warisan leluhur yang telah berlangsung ratusan tahun itu sampai kini masih dijaga dengan baik oleh masyarakat Minang.

Minangkabau. Suku besar di wilayah Sumatra Barat ini kaya akan warisan sejarah dan budaya. Minangkabau diambil dari kata minang yang berarti kemenangan dan kabau yang berarti kerbau. Dengan kata lain Minangkabau berarti “Kerbau yang Menang”. Penamaan ini berhubungan erat dengan sejarah terbentuknya Minangkabau yang diawali kemenangan dalam suatu pertandingan adu kerbau untuk mengakhiri peperangan melawan kerajaan besar dari Pulau Jawa.

Suku Minangkabau memang mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan hewan ternak berkaki empat yang disebut kerbau. Itu antara lain terlihat pada berbagai identitas budaya Minang, seperti atap rumah tradisional mereka (Rumah Bogonjong). Rumah adat yang kerap disebut juga Rumah Gadang itu berbentuk seperti tanduk kerbau. Begitu pula pada pakaian wanitanya (Baju Tanduak Kabau).

Sudah beratus-ratus tahun lamanya kerbau menjadi salah satu hewan terfavorit di Provinsi Sumbar. Badan kerbau yang besar dan kekar dianggap mampu membantu berbagai macam pekerjaan manusia. Salah satu pekerjaan kuno yang dikerjakan dengan bantuan tenaga kerbau adalah menggiling tebu. Dengan alat sederhana, sang kerbau diikat di sebilah bambu yang terhubung pada alat pemeras tebu tradisional. Selama delapan jam bekerja, sang kerbau terus-menerus berputar mengelilingi alat pemeras. Uniknya, agar sang kerbau tidak pusing kepala, mata hewan itu ditutup dengan dua buah batok kelapa yang dilapisi kain.

Air tebu hasil perasan sang kerbau itulah yang kemudian menjadi cikal bakal pembuatan gula merah tradisional. Masyarakat Minang percaya gula merah hasil kerja keras sang kerbau lebih gurih ketimbang dari alat modern.

Dari sisi sejarah, hewan kerbau bagi suku besar di Sumbar ini telah mengantarkan kejayaan mereka di masa silam. Konon, dahulu kala karena bantuan kerbau-lah masyarakat di Sumbar menang perang melawan suku Jawa. Akhirnya sampai sekarang mereka menamakan dirinya sebagai suku Minangkabau. “Jadi perang tak berakhir juga, jadi kami usulkan untuk adu saja kerbau. Oleh pihak penyerang dicarilah kerbau yang terbesar di daerahnya ditempatkan di tengah ladang. Orang sini hanya anak kerbau yang sedang menyusu. Karena kerbau yang sudah dua hari tak minum susu, dia lari mengejar susu ibunya. Jadi perut kerbau besar itu robek dan dia lari,” kisah Datuk Bandaro Panjang, pemuka adat.

Kisah sang kerbau ternyata tak hanya menjadi legenda semata. Hingga kini pasar ternak di Sumbar pun lebih banyak menjual kerbau ketimbang sapi. Sistem penjualan ternak orang Minang pun cukup unik. Berbeda dengan pasar sayur tradisional di pasar ternak ini tidak akan terdengar sepatah kata pun antara sang penjual dan pembeli. Transaksi yang berlaku hanya menggunakan tangan. Jari-jari tangan dipakai sebagai alat perhitungan harga jual ternak yang akan dibeli.

Badan padat, kaki kekar dan mata tajam. Itulah ciri khas Si Borgol, kerbau kesayangan Kati Sutan, petani Ranah Minang. Bagi Kati Sutan, memiliki kerbau seperti Borgol ibarat memiliki harta yang sangat berharga dan juga kehormatan. Borgol bukanlah sembarang kerbau. Ia seekor kerbau aduan yang sudah menang lima kali pertandingan. Karena kehebatan itulah, hewan tersebut kemudian mendapat gelar borgol yang berarti kuat mengunci lawan.

Tak hanya untuk hobi semata, kesenangan Kati Sutan mengikuti adu kerbau juga untuk meneruskan tradisi budaya Minangkabau. Ketangguhan Si Borgol yang sudah lima kali memenangkan pertandingan itu membuat Kati Sutan terkenal di kampungnya. Setelah berumur dua tahun, kerbau yang memiliki potensi sebagai aduan biasanya mulai dilatih oleh pemiliknya. Kali ini, Borgol pun akan dilatih untuk mempersiapkan kekuatan fisiknya menjelang pertandingan. Calon lawan tanding latihan harus sesuai berat tubuh Si Borgol. Sebab jika tidak imbang, latihan tarung itu akan percuma.

Latihan tarung kerbau paling lama dilakukan selama satu jam. Setelah yakin akan kekuatan Borgol, latihan tarung dihentikan. Kati Sutan sangat yakin kerbaunya akan menang kembali. Dalam adu kerbau tak hanya kekuatan kerbau yang menjadi andalan. Pemilik kerbau juga harus meminta jampi-jampi kepada dukun kerbau agar menang dalam pertandingan.

Seusai latihan tarung, Kati Sutan pun meminta seorang dukun kerbau untuk menjampi-jampi Si Borgol. Seperti pertandingan sebelumnya, Kati Sutan meminta bantuan Sutan Marajo, dukun adu kerbau yang terkenal di kampungnya. Sang dukun membawa sejumlah bahan-bahan alam untuk membuat jamu andalan bagi Si Borgol.

Bahan-bahan alam yang terdiri dari jahe, temulawak, lada dan daun-daunan alam lainnya mulai diracik. Di atas api besar, jamu-jamuan itu disangrai hingga gosong. Sementara keluarga Kati Sutan pun ikut membantu. Bahan lain untuk campuran jamu, seperti telur bebek, air jeruk nipis, minuman suplemen dan satu botol bir hitam turut disiapkan.

Setelah semua bahan siap, Sutan Marajo pun mulai membacakan mantera dan membakar kemenyan. Ia berdoa agar kerbau yang dijampinya dapat memenangkan pertandingan. Jampi-jampi pun dicampur ramuan. Setelah itu, ramuan kemudian ditempatkan di selembar daun yang keesokan harinya akan diberikan kepada Si Borgol. Keluarga Kati Sutan pun lantas mempersiapkan Borgol sang jagoan untuk diadu keesokan harinya.

Hari pertandingan pun tiba. Kati Sutan mulai bersiap-siap. Namun sebelum berangkat ke arena pertandingan masih ada sejumlah ritual yang harus dilakukan sang dukun, yakni meruncingkan tanduk milik Si Borgol. Tanduk merupakan salah satu bagian tubuh kerbau yang paling mudah untuk melukai lawan. Karenanya harus dibuat setajam mungkin. Dengan sebilah pisau Sutan Marajo menajamkan tanduk Si Borgol. Kini tanduk sang kerbau telah tajam laksana pedang.

Ritual pun dilanjutkan. Seperti layaknya manusia, Borgol harus mandi dahulu sebelum maju ke arena pertarungan. Sambil membalurkan air ke tubuh Borgol, Sutan Marajo merapalkan jampi-jampi ajiannya agar jagoan Kati Sutan ini kuat melawan musuh. Sesudah acara mandi selesai, sang dukun memberikan ramuan jampi-jampinya yang dibuat kemarin sore. Tanpa melawan Borgol pun kemudian memakan ramuan sang dukun dengan lahapnya. Tak lupa tubuh tegap Borgol pun dibaluri lumpur dan jelaga agar terlihat gagah. Kini seluruh persiapan telah usai dilaksanakan. Borgol sang jagoan sudah tak sabar bertemu lawan tandingan.

Siang itu di bawah sinar matahari, Borgol dilepas dari kandangnya. Bak seorang jagoan, dengan gagahnya Borgol berjalan keliling kampung menuju arena pertandingan. Letak arena pertandingan sekitar tujuh kilometer dari desa Kati Sutan. Namun ditemani sang dukun Sutan Marajo, Borgol tak gentar berjalan. Bahkan sesekali, kerbau kekar itu mulai berlari seakan tak sabar untuk bertemu sang penantang.

Akhirnya sampai juga Borgol di lokasi pertandingan. Rupanya sang lawan telah menunggu di pojok arena. Lawan tangguh Borgol tersebut berasal dari desa tetangga. Berbeda dengan Borgol yang sudah ikut lima kali pertandingan, lawannya justru baru kali ini maju ke arena adu kerbau.

Satu per satu penonton mulai berdatangan ke arena. Dengan tarif sebesar Rp 3.000, penonton dapat memilih tempat yang paling nyaman di sekeliling gelanggang. Awalnya adu kerbau dilakukan untuk mempertahankan tradisi suku Minangkabau. Sayang belakangan acara adu kerbau justru dimanfaatkan para penontonnya untuk bertaruh atau berjudi. Begitu pula dalam pertandingan Borgol. Dan Borgol-lah yang dijagokan. Hampir seluruh penonton bertaruh Borgol sang jagoan akan memenangkan pertandingan.

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dua kerbau aduan dibawa ke tengah lapangan. Dan tanpa menunggu aba-aba lagi, kedua kerbau langsung saling mengejar. Tak disangka, Borgol yang dijagokan justru lari terbirit-birit menghindari lawan. Adu kerbau kali ini ternyata tak berjalan lama. Hanya dalam sekejap, Borgol menyerah kalah dan lari tunggang langgang ke luar arena. Para penonton pun pulang dengan penuh kekecewaan. Borgol sang jagoan ternyata tak mampu mempertahankan gelarnya. Rona kecewa juga terpancar di wajah Kati Sutan. Kekalahan Borgol seakan kehilangan kehormatan bagi keluarga Kati Sutan.(DEN/Lita Hariyani dan Binsar Rahadian)
Sumber :liputan6.com

Komentar
  1. syamsul berkata:

    kemenangan adu kerbau dengan cara yang sangat licik…

    Suka

  2. soekarno jr berkata:

    Sejarah Mingangkabau:
    – prasejarah belum diketahui jelas krn belum ditemukan tinggalan arkeologinya.
    – sekitar abad ke-13 kerajaan Malayu Kuno yg beragama Buddha Tantrayana berpindah dr Jambi ke tanah Minang dg raja Adityawarman yg sebelumnya menjabat Menteri Tua di Majapahit. Hubungan dg Majapahit sangat erat, tidak ada permusuhan.
    – sekitar abad ke-16 berkembang agama Islam bernama Pagaruyung.
    – sekitar awal abad ke-19 kerajaan dikuasai Pemerintah Hindia Belanda.

    Suka

  3. Ahmad Elqorni berkata:

    Banyak hal yang harus dicari sejarahnya..tugas bersama kalau ada ahli sejarah yang menunjukan, untuk memperkaya suntingan tulisan tentang asal-usul Mingang. mohon kirimkan ke email : elqorni@yahoo.co.id. syukron.

    Suka

  4. oejaa berkata:

    Thank’s ya mass infonya..

    Suka

  5. mayana tanjung berkata:

    yyyyyyyyyy
    krbau na tk dijmin

    Suka

  6. bayo berkata:

    minang kabau bukan berasal dari menang kerbau,,,tapi minang kabau itu sebenarnya adalah “mainang”
    itu lah sedikit kebenaran tentang mulanya “minang kabau”

    keterangan yg diatas kurang akurat, menurut SAYA

    Suka

  7. anjelika berkata:

    bagusss

    Suka

  8. ote berkata:

    opps syamsul,,,hati2 ngomongnya!
    bukan licik kemenanganya,tapi berpikir kreatif menghadapi lawan….

    Suka

  9. bkan ini sejarah minangkabau

    Suka

  10. lili berkata:

    bkn ny licik,dlm perang dbthkan strategi

    Suka

  11. doni sali irwan sutan pamenan berkata:

    itulah kelebihan urang minang,,, dalam berfikir selalu mengandalkan strategi… bukan suatu kelicikan jika dilihata dari sudut pandang ilmu strategi kerajaan jawa mencari sapi yang besar karena beranggapan kalu besar itu kuat dan pasti akan membunuh lawannya dengan mudah, sedangkan orang minang hanya mencari kerbau kecil yang sedang kuat menyusu,,, sehingga jika ia lihat hewan besar yang serupa dengan nya maka pasti dia akan anggap itu ibunya… hal ini lah yang membuat orang minang itu menang disegala kajian,,, karena orang minang itu sangat berhati hati dalam bertindak dan berkata sehingga ada pepatah minang ,,, mangango dulu baru ka mangecek,,, kalau ndak pandai dek baguru mako buliah maniru…dan sebagainya…jadi tatap jaya lah urang awak minang…

    Disukai oleh 1 orang

  12. Revo berkata:

    Konon ( Boleh Percaya boleh tidak ) kata2 Minang merujuk kepada keluarga Kerajaan Malayu atau Dharmasraya yg sebelumnya berdiri di hulu Batang Hari, yg mana kerajaan ini merupakan penerus Kerajaan Sriwijaya yang sudah runtuh, karena terus berperang dan terdesak oleh serbuan raja Singosari yang di pimpin oleh Mahisa Anabrang atau Kebo Anabrang dari jawa ( Ekspedisi Pamalu ) yg tercatat dalam kitab pararaton. maka pusat kerajaanpun di pindahkan ke wilayah pegunungan atau pagaruyung saat ini, untuk mempersulit pencarian tentara Singosari

    Dan untuk mengakhiri peperangan dengan kerajaan Dharmasraya dengan cara diplomasi akhirnya Raja Kertanegara dari Singosari kembali mengutuskan Mahisa Anabrang ( Kebo Anabrang )untuk memberikan “Arca Amoghapasa” kepada raja Dharmasraya yg telah memindahkan pusat kerajaan nya wilayah pegunungan atau wilayah Pagaruyung saat ini.

    Setelah Mahisa Anabrang atau beliau biasa di panggil Kebo Anabrang menyerahkan arca tersebut kepada Raja Dharmasraya, sebagai balasan Raja Dharmasraya menghadiahkan dua putrinya Dara Petak dan Dara Jingga untuk di bawa ke tanah Jawa.

    Rakyat di seputar istana Kerajaan mengira Raja Dharmasraya menikahkan, atau meminang seorang panglima perang ekspedisi Pamalayu yaitu Kebo Anabrang yg artinya Kerbau yg menyebrang untuk di jadikan suami 2 putri nya dan di bawa ke tanah Jawa.

    Dari sinilah konon di perdengarkan istilah “Minang Kabau”, karena Kerbau dalam dialek rakyat tempatan adalah Kabau, yang mana Istilah ini meluas sebagai penyebutan orang2 yg mendiami wilayah Pagaruyung saat ini

    Padahal Dara Petak di nikahkan dengan Prabu Kertanegara sementara Dara Jingga akhirnya menikah dengan seorang petinggi di Singosari yg bernama adwayawarman yg kelak melahirkan seorang Adityawarman. ( Penerus Dinasti Wangsa Mauli, Raja pertama Pagaruyung atau Raja Terakhir Dharmasraya yg sebelumnya berada di Huluan Batang Hari )

    Disukai oleh 1 orang

  13. Rj Indo berkata:

    Ketika Pastor Gregor Mendel Menemukan teorinya pada abad 18,org Minang sudah mempraktekkan teori tsb lebih dulu,teorinya adalah tidak kawin dgn garis keturunan Ibu(matriakhat).Jadi gak salah orang Minang itu banyak akal,lihat 35 % perintis berdirinya negara ini berasal dari tanah Minang ,itu suatu bukti !

    Disukai oleh 1 orang

  14. Terimakasih atas koréksi nya. .

    Suka

Tinggalkan komentar