Archive for the ‘Samurai’ Category

BUSHIDO 武士道

Posted: 3 September 2017 in BUDAYA DUNIA, BUDAYA JEPANG, Samurai

 

Pendidikan budaya adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesi dimana dalam hal ini selain upaya pendidikan dari dalam seyogyanya kita pun menyerap pendidikan dari luar yang merupakan implementasi yaitu budaya hidup suatu kaum.
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan.

Kondisi ini menunjukan adanya hubungan yang berarti antara penyelenggaraan pendidikan dengan kualitas pembangunan sumber daya manusia indonesia yang berkaitan dengan budaya, bahwa telah dinyatakan oleh Arnold Toynbee Bahwa ”Pendidikan adalah induk kandung kebudayaan suatu bangsa” maka apabila pendidikan suatu bangsa itu benar, benarlah seluruh kebudayaan kaum tersebut, meskipun masih ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhinya.

Melalui Restorasi Meiji angkatan perang Jepang dibangun secara modern, angkatan darat menerapkan strategi Jerman dan angkatan laut secara Inggris. Kementerian Pertahanan tidak bertanggung jawab kepada Parlemen tetapi kepada Tenno (Kaisar). Hal ini menjadikan kedudukan Kementerian Pertahanan sangat kuat dan menjadi menjadi Gunbatsu (pemerintahan diktator militer). Bersamaan dengan modernisasi angkatan perang muncul kembali semangat Bushido sebagai dasar jiwa ketentaraan yang melandasi pendidikan militer di jepang.

“Bushi” berarti ksatria dan “Do” artinya jalan. Bushido dapat diartikan sebagai jalan kehormatan yang harus ditempuh oleh orang Jepang untuk menyempurnakan hidup. Bushido (武士道?), secara Harfiah “jalan prajurit”, adalah kata dalam bahasa Jepang untuk cara hidup samurai, cara hidup dengan konsep ksatria. Etimologisnya dari kata bushido Jepang, yang berasal dari Dinasti Zhou (1111-256 SM) (Zhang, dan Fan, 2003) [1] atau (1.818-221 SM) (de Bary, dan Bloom) Zhou Cina bi 周 髀 (Cullen, 1996) [3] dan kata wushidao (武士道), berarti seorang prajurit terlatih dalam seni bela diri. Singkatan “wushi,” (武士) dibagi menjadi dua bagian, pertama istilah “wu” (武) menggambarkan orang yang kompeten dalam seni bela diri seperti Raja Wu, dengan jabatan kedua “shi,” (士) tentara. Kedua karakter bersama-sama (武士) berarti prajurit atau penjaga istana. Bagian terakhir dari kata, “dao” (道) [6] adalah sama dengan “melakukan” dalam bahasa Jepang, yang berarti “cara” (Dao, 2003) seperti seni bela diri Kendo Jepang (剣 道) sehingga diartikan “jalan pedang”.

Pemahaman Jepang kata tersebut didasarkan pada kode moral yang menekankan samurai berhemat, loyalitas, penguasaan seni bela diri, dan kehormatan sampai mati. Lahir dari Neo-Konfusianisme selama masa perdamaian di Tokugawa Jepang dan teks Konghucu, Bushido juga dipengaruhi oleh Shinto dan Zen Buddhisme, yang memungkinkan adanya kekerasan dari samurai yang akan marah dengan kebijaksanaan dan ketenangan. Bushido dikembangkan antara abad ke-9 dan ke-20 dan dokumen diterjemahkan banyak berasal dari 12 ke abad ke-16 menunjukkan pengaruh yang luas di seluruh Jepang, meskipun beberapa ahli telah mencatat “Bushido istilah itu sendiri jarang dibuktikan dalam sastra pramodern.”

Di bawah Keshogunan Tokugawa, aspek bushido menjadi diformalkan ke dalam hukum feodal Jepang. Menurut kamus bahasa Jepang Shogakukan Kokugo Daijiten, “Bushido didefinisikan sebagai suatu filsafat yang unik (ronri) yang menyebar melalui kelas prajurit dari periode (Chusei) Muromachi.”

Kata ini pertama kali digunakan di Jepang pada abad ke-17 [10] Itu datang ke dalam penggunaan umum di Jepang dan Barat setelah publikasi dari 1.899 Nitobe Inazo ini Bushido:.. The Soul of Japan

Dalam Bushido (1899), Inazo menulis:
“Bushido …, kemudian, adalah kaidah moral yang samurai diminta atau diperintahkan untuk mengamati …. Lebih sering itu adalah kode unuttered dan tidak tertulis …. Itu adalah pertumbuhan organik dari puluhan tahun dan berabad-abad dari karir militer”.

Nitobe bukanlah orang pertama yang mendokumentasikan ksatria Jepang dengan cara ini. Dalam teks nya Jepang feodal dan Modern (1896), sejarawan Arthur May Knapp menulis: “ samurai dari tiga puluh tahun yang lalu telah belakangnya seribu tahun pelatihan dalam hukum kehormatan, kepatuhan, tugas, dan pengorbanan diri”. Hal itu tidak diperlukan untuk membuat atau membangun mereka. Sebagai seorang anak ia punya tapi harus diinstruksikan, karena memang dia dari tahun-tahun awal, dalam etiket bakar diri. Prajurit Jepang harus memegang teguh ajaran Bushido, artinya ialah menginsyafi kedudukan masing-masing dalam hidup ini, mempertinggi derajat dan kecakapan diri, melatih diri lahir batin untuk menyempurnakan kecakapannya dalam ketentaraan, memegang teguh disiplin, serta menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan tanah air sampai titik darah terakhir.

Menurut ajaran Bushido, mati untuk Tenno adalah bentuk mati yang sempurna dan termulia. Bushido memberi kekuatan lahir batin yang tak terhingga kepada tentara Jepang pada khususnya dan rakyat Jepang pada umumnya. Bukti betapa kuatnya semangat Bushido Jepang dapat dilihat pada peristiwa berikut ini:

あ。

Dalam Perang Rusia – Jepang (1905) sisa-sisa satu batalyon diasingkan sebagai pengecut karena semua opsirnya gugur, namun anak buahnya tidak mengikuti jejak opsir-opsirnya, mereka tidak semua ikut mati. Sisa-sisanya kemudian ingin melakukan “harakiri” (bunuh diri), tetapi tidak diizinkan oleh Jenderal Nogi. Mereka kemudian ingin menggabungkan diri pada divisi yang dipimpin Jenderal Nogi untuk menebus dosanya, namun ditolak karena Nogi tidak mau divisinya dikotori oleh mereka. Akhirnya di depan mata Nogi mereka harus berjibaku pada benteng-benteng Rusia di Port Arthur.

い。Dalam Perang Dunia II tentara Amerika Serikat menghadapi Bushido Jepang. Di Iwojima semua tentara Jepang gugur, tetapi AS juga kehilangan 35.000 prajurit terbaik. Iwojima hingga sekarang masih menjadi kenangan yang ngeri bagi AS.

う。Setelah Jepang menyerah, Kaisar tunduk pada tuntutan demokrasi Mac Arthur. Jepang tunduk karena Kaisar tunduk. Setelah Jepang terlepas dari kekangan AS (Perjanjian San Fransisco) Jepang pun kembali pada Ko-do (jalan Tenno). Tunduk dan berdisiplin pada Tenno adalah ajaran Bushido.

Bahwa bushido adalah sebuah asal hasil dari sebuah doktrin kaisarisme yang berabad-abad lamanya,

Seven virtues of Bushidō

Kode Bushido dilambangkan dengan tujuh kebajikan:

 

 

KESIMPULAN

Dalam hal ini semangat Bushido jepang merupakan tonggak ukur sejarah yang merupakan hal yang fundamental dalam kemajuan Jepang, sehingga apabila kita sebagai bangsa Indonesia mampu memiliki jiwa hingga sanggup mati demi negara maka itulah semangat cinta tanah air.

Bukan hanya saja dalam hal peperangan, maka seyogyanya kita pun dalam bidang pendidikan harus rela berkorban besar yang sama dengan Bushido, seperti hal yang pernah dikatakan oleh seseorang yang sangat memotivasi “Orang seperti saya walaupun miskin harta tetapi kaya akan semangat”, maka begitulah jiwa seorang jalan samurai. Rela mati mempertahankan semangat yang takkan pernah padam.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.tuanguru.com/2012/08/semangat-bushido-jepang.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Bushido

 

Sebelum membaca artikel saya, saya perlu luruskan beberapa hal :
  • Tidak ada namanya pedang sabuk dalam sejarah pedang jepang
  • Saya tidak melarang siapapun menjual pedang apapun dengan harga berapapun, tapi lakukan dengan cara yang benar, pedang sabuk katakan pedang sabuk, karena tidak ada pedang jepang bisa dibuat sabuk …
  • Artikel ini untuk memberikan pengetahuan yang benar dan dari sumber terpercaya mengenai pedang jepang dan sejarahnya
  • Selamat membaca

MELURUSKAN SEJARAH PEDANG JEPANG
Tidak ada lho pedang sabuk dalam sejarah jepang …

kata “Samurai” untuk menjelaskan sebuah pedang jepang adalah salah kaprah … yang mendekati benar adalah PEDANG SAMURAI …

Banyak orang berpendapat bahwa pedang jepang atau lebih umum dikenal sebagai pedang samurai (alias pedang “nya” samurai, karena samurai = ksatria alias ORANGNYA, bukan nama pedang) hanya memiliki satu bentuk yang umum, satu mata potong, melengkung di bagian agak tengah dan ada garis temper line yang seperti gelombang …

Sebenarnya, pedang jepang sudah mengalami evolusi dan berubah bentuknya dari abad ke abad. Dalam banyak kasus, ilmu tentang perubahan bentuk pedang (sugata) ini dapat membantu kita mengenali kapan sebuah pedang dibuat. Beberapa perubahan dikarenakan perubahan taktik perang, jenis armor (perisai pelindung) atau hanya perubahan mode yang lagi trend di Era itu

Sebenarnya kata “pedang samurai” juga tidak tepat, kata paling tepat dalam bahasa Indonesia adalah “pedang jepang.” Untuk lebih jelas, silahkan baca pelan-pelan sampai akhir ya … semoga tidak bosan

MARI KITA MULAI

periode sejarah jepang dibagi menjadi dua, periode waktu dan periode pedang, untuk mudahnya, silahkan lihat diagram dibawah, karena kata-kata dalam diagram itu akan banyak saya gunakan setelahnya

Spoiler for periode waktu jepang:

Pedang tertua (yang dibuat sebelum tahun 900 masehi) atau sebelum Era Heian disebut Pedang Jokoto, dengan bentuk khasnya yang lurus, datar, dangan sisi potong seperti pahat (kiriha-zukuri), dan ujung tusuk (kissaki) seperti pahat (kamasu kissaki). Beberapa malah dibuat dengan dua sisi potong. Pedang jenis ini biasa disebut CHOKUTO, yang kemungkinan dipengaruhi oleh pedang buatan China yang sampai ke Jepang lewat semenanjung Korea.

Jenis pedang ini masih dibuat di abad-abad berikut, tapi hanya digunakan sebagai persembahan kepada kuil, dan TIDAK dipakai untuk pertempuran

Spoiler for jokoto/chokuto:

contoh dari Era Heian

Spoiler for Heian Chokuto:
Ada juga satu jenis pedang yang dibuat pada Era ini, sekitar tahun 700 – 800 masehi, dengan ujung tajam pedang dibuat dua sisi (atas dan bawah) sampai sepertiga dari punggung pedang. Tipe paling terkenal dari jenis ini dibuat sekitar tahun 900 Masehi dan dikenal dengan Kogarasu-Maru Tachi (Pedang Burung Gagak Kecil). Karena bentuknya yang unik, pedang jenis ini juga masih dibuat berabad-abad kemudian
Spoiler for kogarasu maru:

Spoiler for kogarasu maru:
Pedang jepang tertua yang memiliki satu sisi potong dan melengkung (shinogi-zukuri tachi) berasal dari akhir Era Heian dan merupakan pedang kavaleri (maksudnya adalah digunakan dengan SATU TANGAN dari atas kuda) dan BUKAN dengan gaya samurai dua tangan yang sering kita lihat. Bilah pedang ini termasuk panjang untuk ukuran tinggi orang jepang, dengan rata-rata bilah diatas 70 cm (belum termasuk gagang pedang) dengan lengkungan maksimal ada di dekat gagang pedang (lihat gambar), dan ujung tusuk (kissaki pendek) dengan bilah pedang yang sempit (agak rapuh)
Spoiler for Heian tachi:


Jadi :
TACHI = pedang kavaleri atau dalam bahasa bule = SABER
KATANA = pedang pasukan berjalan

Pada awal Era Kamakura, tachi (pedang kavaleri) menjadi lebih kuat, bilah pedang menjadi lebih lebar lengkungan yang dikurangi, tapi tetap dengan ujung tusuk pendek (ko kissaki), dan lengkungan yang tadi dekat dengan gagang mulai bergerak ke tengah pedang (tori-sori). Pada Era pertengahan Kamakura, tachi dibuat dengan lengkungan yang sangat minim, dan ujung tusuk sangat pendek (ikubi-kissaki)

Spoiler for kamakura tachi:
Jenis pedang jepang yang sangat sering kita lihat di Era sekarang muncul di pertengahan Era Kamakura, dimana pedang yang dibuat menjadi lebih pendek daripada Era sebelumnya, dengan lengkungan yang dikurangi, dan ujung tusuk medium (chu kissaki)
Spoiler for kamakura tachi:

Selama Era Nambokucho, pedang jepang menjadi flamboyan, dengan bilah yang lebar, sedikit lengkungan dan ujung tusuk yang panjang (o kissaki). Banyak chokuto (lihat diatas), pedang lurus juga diproduksi di Era ini, juga pedang no-dachi yang terkenal, dengan panjang pedang lebih dari 125 cm … tapi karena pedang super panjang ini susah digunakan, akhirnya gaya ini ditinggalkan
Spoiler for nambokucho tachi:

Perubahan bentuk pedang paling banyak terjadi pada awal Era Muromachi, karena taktik perang berubah dari kavaleri menjadi infanteri … inilah KELAHIRAN KATANA … !!
Spoiler for muromachi – birth of katana:

Katana awal tidak lebih dari tachi (pedang kavaleri) yang dipendekkan, dan karena itu memiliki bentuk sama dengan pedang dari Era Kamakura. Katana lebih pendek dari tachi, dan dipakai dengan sisi tajam menghadap ke atas (tachi dipakai dengan sisi tajam menghadap ke bawah), dimana pemakaian ini memudahkan pedang dicabut dari posisi berdiri oleh samurai berjalan
Katana Era Muromachi adalah bentuk klasik pedang jepang Era kini, cengan panjang pedang antara 67,5 – 75 cm, dengan lengkungan ringan, dan ujung tusuk medium (chu kissaki). Perubahan lain terjadi di akhir Era Muromachi dan Era Momoyama, dimana bilah pedang menjadi lebih lebar dengan ujung tusuk lebih besar, tapi perubahan ini sukar dibedakan, kecuali oleh mata yang terlatih
Spoiler for momoyama katana:

Setelah itu, Jepang memasuki masa damai 250 tahun yang dikenal dengan masa Edo …. Bentuk pedang juga berubah dan ini menandai akhir masa Koto (pedang lama) dan masuk ke masa Shinto (pedang modern)
Spoiler for edo katana shape:
Akhir Era Edo, pembuatan pedang sedang menurun, karena negara sedang dalam masa damai, banyak pedang yang dibuat hanya untuk pameran, bukan untuk perang. Pedang-pedang ini biasanya punya hamon (temper line) yang indah, kalau tidak mau dikatakan norak, dan ukiran-ukiran rumit (horimono). Dalam ilmu perpedangan jepang, masa ini dikatakan sebagai masa kemunduran pedang jepang

Spoiler for edo katana:

Biasanya, dalam masa ekstrim seperti ini, akan ada pembaharu … demikian juga dengan masa kemunduran ini, yang terjadi pada akhir era Edo (sekitar 1780) dan menandai dimulainya Era Pedang Shinsinto dengan munculnya ahli pembuat pedang Suishinshi Masahide, yang mempelopori kembalinya pembuatan pedang kepada kualitas Era Koto. Selama masa Shinshinto, pedang yang dibuat umumnya adalah kopi dari pedang Era Koto, dan uniknya, ada beberapa pedang kogarasu maru yang juga dibuat di masa ini.
Spoiler for Suishinsi katana:

ERA MASA KINI

Dengan dibukanya Jepang kepada peradaban barat oleh Komodor Perry di pertengahan abad 19 dan Restorasi Meiji, pembuatan pedang jepang tradisional hampir saja punah. Kaisar Meiji melarang pemakaian pedang dan menghapuskan kasta samurai … DENGAN DEMIKIAN, SEMUA PEDANG SETELAH TAHUN 1876 BUKAN LAGI DISEBUT PEDANG SAMURAI … karena setelah tahun itu TIDAK ADA LAGI SAMURAI DI JEPANG.

Ini juga menandai masa banyaknya pedang tradisional jepang yang dibawa ke Barat. Banyak koleksi di Inggris dan di Amerika terkumpul pada masa ini … hanya sedikit sekali pedang yang dibuat secara tradisional pada masa ini, umumnya hanya untuk persembahan kuil, karena Jepang memulai mengadopsi gaya barat untuk pedang kavaleri mereka, yang dibuat dengan menggunakan mesin. Baru pada tahun 1930an, dimana Jepang mulai mengekspansi Asia, pedang tradisional mulai dibuat kembali … yang disebut dengan Era Showa

contoh : Kyu Gunto dengan model saber

Spoiler for kyu gunto saber type:

Era Showa ini menghasilkan pedang dengan banyak kualitas, dari yang dibuat secara tradisional (nihonto – gendaito), sampai kepada bilah buatan mesin (showato) dengan berbagai macam variasinya. Sebagian besar dibuat berdasarkan spek militer, dengan panjang bilah antara 62,5 cm – 70 cm, dan ujung tusuk medium (chu-kissaki). Pedang yang dibuat pada masa ini dengan pengecualian yang dibuat dengan cara tradisional TIDAK MEMILIKI NILAI dari sisi keotentikan pedang jepang, selain sebagai pedang latih atau relik militer

ini contoh yang dibuat dengan teknik tradisional, menggunakan koshirae katana biasa

Spoiler for shinsakuto:
sedangkan yang diaku-aku pedang samurai sabuk itu adalah pedang militer jepang yang tertinggal saat pendudukan jepang di tahun 1942-1945 … yang dikenal bukan dengan nama “samurai” tapi “GUNTO” … atau pedang militer jepang
pedang muncul di Indonesia dan di seluruh jajahan jepang selama perang dunia kedua adalah pedang ini … coba lihat sendiri … mirip enggak ma pedang sabuk ??
Spoiler for shin gunto:

tambahan, biar nggak bingung mengenai kissaki
Spoiler for kissaki:
Kissaki adalah ujung tusuk dan ini KHAS pedang jepang … ditandai dengan garis lurus kebawah yang dinamakan YOKOTE

PEDANGNYA KENSHIN HIMURA DI SAMURAI X GIMANA ??
Spoiler for sakabato:
sakabato ini adalah pedang fantasi, ciptaan pengarang anime Samurai X, tidak pernah ada dalam sejarah Jepang … setelah filemnya populer barulah orang membuat replikanya

KESIMPULAN
Kita melihat dari atas ke bawah, tidak ada namanya PEDANG SABUK dalam sejarah Jepang, dan kecuali anda punya pedang yang dibuat sebelum 1876, pedang anda secara teknis BUKAN pedang samurai …

walau Chokuto sekilas mirip pedang sabuk, pada dasarnya semua pedang jepang dibuat dari tamahagane (bijih besi) atau gampangnya terbuat dari CARBON STEEL, tidak ada yang dari titanium, dll dan karena dari CARBON STEEL, bilah ini TIDAK MUNGKIN BISA DIBUAT SABUK … bengkok karena pertempuran bisa, tapi kalau dipaksa bengkok terlalu parah akan rusak, boro-boro dibuat sabuk

Dan karena dibuat dari carbon steel, cara paling mudah membedakan pedang jepang ASLI dengan iaito atau dengan pedang palsu (ngaku2 buatan jepang) adalah menempelkannya ke magnet. Pedang ASLI AKAN NEMPEL di magnet

Jepang baru membuka diri dari politik isolasi sejak pertengahan abad 19 … dan sebelum itu mereka sama sekali tidak menganut budaya barat (kecuali penggunaan senapan) dan itupun khas jepang
dan tidak pernah ada pedang jepang dari segala masa yang menulis angka abjad latin 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0 … logika aja, mereka kan mengertinya huruf KANJI … mana ada pedang tahun 1205 ditulis di bilahnya ?? aneh2 aja …

terakhir, kalau anda melihat keindahan pedang jepang di gambar yang saya berikan diatas, anda akan paham benar, bahwa yang dikatakan samurai selendang dkk itu SANGAT JELEK, SANGAT KASAR dibandingkan aslinya …

Semoga memberi pencerahan

Sumber : March 1999 issue of Sword Forum Magazine Online.
Foto-foto dari Tokyo National Museum, beberapa buku referensi tentang pedang jepang dan sejarahnya

1. Katana


Katana (刀) adalah pedang panjang Jepang (daitō, 大刀), walaupun di Jepang sendiri ini merujuk pada semua jenis pedang. Katana adalah kunyomi (sebutan Jepang) dari bentuk kanji 刀; sedangkan onyomi (sebutan Hanzi) karakter kanji tersebut adalah tō. Ia merujuk kepada pedang satu mata, melengkung yang khusus yang secara tradisi digunakan oleh samurai Jepang.

Katana biasanya dipasangkan dengan wakizashi atau shōtō, bentuknya mirip tapi dibuat lebih pendek, keduanya dipakai aleh anggota kelas ksatria.

2. Wakizashi


Wakizashi (bahasa Jepang: 脇差) adalah pedang Jepang tradisional dengan panjang mata bilah antara 30 dan 60 sentimeter (antara 12 hingga 24 inci), serupa tetapi lebih pendek bila dibandingkan dengan katana yang sering dikenakan bersama-sama. Apabila dikenakan bersama, pasangan pedang ini dikenali sebagai daisho, yang apabila diterjemahkan secara harafiah sebagai “besar dan kecil”; “dai” atau besar untuk katana, dan “sho” untuk wakizashi.

Wakizashi digunakan sebagai senjata samurai apabila tidak ada Katana. Apabila memasuki bangunan suci atau bangunan istana, samurai akan meninggalkan katananya pada para pengawal pada pintu masuk. Namun, wakizashi selalu tetap dibawa pada setiap waktu, dan dengan itu, ia menjadi senjata bagi samurai, serupa seperti penggunaan pistol bagi tentara.

3. Naginata


Naginata (なぎなた, 薙刀) adalah senjata kelas tombak yang secara tradisional digunakan di Jepang oleh para anggota Samurai. Sebuah Naginata terdiri dari pegangan tongkat kayu dan golok melengkung pada ujungnya, senjata ini sama dengan yang dipegang oleh Guan Yu dalam sejarah China.

Ilmu beladiri yang menggunakan Naginata disebut Naginata-jutsu.

4. Jo


Jo (杖:じょう, jō) adalah sebuat tongkat kayu yang memiliki panjang kira-kira 1,28 meter.

Ilmu beladiri yang menggunakan Jo disebut Jodo, dan juga Aiki-jo yaitu Aikido yang menggunakan Jo sebagai senjata.

Jo juga digunakan oleh sebagian polisi di jepang sebagai senjata.

5. Kama


Kama (鎌 or かま) adalah senjata tradisional yang berasal dari Okinawa, Kama pada awalnya digunakan untuk pertanian.

Senjata Kama biasa digunakan sepasang, senjata ini merupakan salah 1 senjata utama Ninja, tetapi pada ujungnya dipasang gada/rantai, disebut Kusari-gama.

6. Kusari-Gama


Kusari-Gama adalah Kama ( lihat diatas ), tetapi memiliki rantai yang diikatkan dengan senjata tajam ( gada, pedang kecil, dll )

7. Sai


Sai (釵) adalah senjata tradisional yang berasal dari Okinawa, juga digunakan di India, China, Indonesia dan Malaysia. Sai adalah senjata yang berbentuk seperti Trisula.

Sai pada awalnya adalah alat pertanian.

8. Shuriken


Shuriken (手裏剣;”hand hidden blade”) adalah senjata tradisional jepang yang pada umumnya digunakan untuk melempar lawan, dan kadang digunakan untuk menusuk dan memotong arteri lawan. Shuriken dibuat dari jarum, pisau, dan bahan logam lain. Shuriken adalah senjata yang paling sering digunakan setelah katana dan naginata.

Ilmu beladiri yang menggunakan shuriken disebut Shuriken-jutsu, Shuriken-jutsu pada dulunya diajarkan di perguruan ninja.

Shuriken dikenal dengan sebutan “Bintang Ninja”

9. Kunai


Kunai adalah senjata lempar tradisional jepang, muncul pada era kaisar Tensho. Kunai pada umumnnya dibuat dari besi, bukan baja/metal lain, dibuat dengan murah dan tidak di-polish. Kunai biasanya berukuran 20-60cm, dan rata-rata 40 cm.

Kunai pada dulunya adalah alat untuk berkebun dan alat bagi para pekerja batu.

Kunai dipercaya sebenarnya bukan senjata yang didesain untuk dilempar, tetapi dapat dilempar dan menghasilkan daya hancur yang lumayan.

Senjata Tradisional Jepang

Daimyō (大名?) berasal dari kata Daimyōshu (大名主? kepala keluarga terhormat) yang berarti orang yang memiliki pengaruh besar di suatu wilayah. Di dalam masyarakat samurai di Jepang, istilah daimyō digunakan untuk samurai yang memiliki hak atas tanah yang luas (tuan tanah) dan memiliki banyak bushi sebagai pengikut.

Pada zaman Muromachi, Shugoshoku adalah nama jabatan yang diberikan kepada kelas penguasa untuk menjaga wilayah feodal yang disebut Kuni (provinsi). Penguasa yang menjabat Shugoshoku kemudian sering disebut sebagai Shugo Daimyō (守護大名? daimyō yang melindungi).

Di zaman Sengoku, dikenal penguasa wilayah feodal yang disebut Taishin (大身?). Selain itu dikenal juga samurai lokal yang berperan dalam pembangunan daerah yang disebut Kokujin (国人?). Sengoku Daimyō (戦国大名?) merupakan sebutan untuk daimyō yang menguasai lebih dari satu wilayah kekuasaan.

Pada zaman Edo, daimyō adalah sebutan untuk samurai yang menerima lebih dari 10.000 koku dari Keshogunan Edo, sedangkan samurai yang menerima kurang dari 10.000 koku disebut Hatamoto.

Daimyo zaman Edo

Daimyo yang berkunjung ke istana, gambar dari buku “Sketches of Japanese Manners and Customs”

Peringkat daimyō pada zaman Edo ditentukan oleh tingkatan kebangsawanan (Kakaku), tingkat jabatan (Kan-i), potensi kekayaan wilayah Han (Kokudaka), dan deskripsi pekerjaan (Yakushoku).

Pada zaman Edo terdapat 3 jenis daimyō:

  • Kamon Daimyō
Daimyō yang masih punya hubungan kerabat dengan keluarga shogun Tokugawa
  • Fudai Daimyō
Daimyō turun temurun yang sudah setia kepada shogun Tokugawa jauh sebelum Pertempuran Sekigahara,
  • Tozama
Pengikut Tokugawa yang menjadi setia setelah ditundukkan dalam Pertempuran Sekigahara.

Tokugawa Ieyasu memberi wewenang atas kekuasaan wilayah han Owari, Kishū, Mito untuk ketiga orang putranya. Ieyasu juga memberi wewenang kepada masing-masing putranya untuk menggunakan nama keluarga Tokugawa, sehingga salah satu garis keturunan putranya dapat menggantikan garis keturunan utama Tokugawa jika mata rantai keturunan utama terputus. Selain itu, masing-masing putra Tokugawa masih menerima tugas penting memata-matai kegiatan para daimyō lain wilayah han tetangga.

Ieyasu menyebar anggota keluarganya ke seluruh Jepang untuk mengawasi daimyō di wilayah han tetangga. Putra ke-9 yang bernama Tokugawa Yoshinao ditunjuk sebagai daimyō wilayah han Owari. Putra ke-10 yang bernama Tokugawa Yorinomu ditunjuk sebagai daimyō wilayah han Kishū, Putra ke-11 yang bernama Tokugawa Yorifusa ditunjuk sebagai daimyō wilayah han Mito. Selain itu, Yūki Hideyasu yang merupakan kakak dari shogun generasi ke-2 Tokugawa Hidetada ditunjuk sebagai daimyō wilayah han Echizen.

Pengikut (Kashin) berasal dari keluarga yang sudah turun temurun mengabdi kepada klan Tokugawa dijadikan Fudai Daimyō. Dalam menjalankan pemerintahan, shogun Tokugawa selalu dikelilingi oleh Fudai Daimyō yang ditunjuk sebagai menteri senior (Tairō) dan penasehat shogun (Rojū)

Jika dibandingkan dengan daimyō lainnya, Fudai Daimyō menerima jumlah Kokudaka yang rendah, sebaliknya klan Torii, klan Sakakibara, dan klan Honda mempunyai kokudaka yang tinggi. Klan Ii yang menjadi Fudai Hitto di Hikone mempunyai kokudaka yang sangat tinggi hingga mencapai 350.000 koku. Cuma ada segelintir daimyō yang menerima di atas 100.000 koku, misalnya: klan Sakai, klan Abe, klan Hotta, klan Yanagisawa, dan klan Toda.

Seorang samurai dengan pakaian tempur, 1860.

Samurai (侍 atau 士?) adalah istilah untuk perwira militer kelas elit sebelum zaman industrialisasi di Jepang. Kata “samurai” berasal dari kata kerja “samorau” asal bahasa Jepang kuno, berubah menjadi “saburau” yang berarti “melayani”, dan akhirnya menjadi “samurai” yang bekerja sebagai pelayan bagi sang majikan.

Istilah yang lebih tepat adalah bushi (武士) (harafiah: “orang bersenjata”) yang digunakan semasa zaman Edo. Bagaimanapun, istilah samurai digunakan untuk prajurit elit dari kalangan bangsawan, dan bukan contohnya, ashigaru atau tentara berjalan kaki. Samurai yang tidak terikat dengan klan atau bekerja untuk majikan (daimyo) disebut ronin (harafiah: “orang ombak”). Samurai yang bertugas di wilayah han disebut hanshi.

Samurai dianggap mesti bersopan dan terpelajar, dan semasa Keshogunan Tokugawa berangsur-angsur kehilangan fungsi ketentaraan mereka. Pada akhir era Tokugawa, samurai secara umumnya adalah kakitangan umum bagi daimyo, dengan pedang mereka hanya untuk tujuan istiadat. Dengan reformasi Meiji pada akhir abad ke-19, samurai dihapuskan sebagai kelas berbeda dan digantikan dengan tentara nasional menyerupai negara Barat. Bagaimanapun juga, sifat samurai yang ketat yang dikenal sebagai bushido masih tetap ada dalam masyarakat Jepang masa kini, sebagaimana aspek cara hidup mereka yang lain.

Etimologi

Perkataan samurai berasal pada sebelum zaman Heian di Jepang di mana bila seseorang disebut sebagai saburai, itu berarti dia adalah seorang suruhan atau pengikut. Hanya pada awal zaman modern, khususnya pada era Azuchi-Momoyama dan awal periode/era Edo pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 perkataan saburai bertukar diganti dengan perkataan samurai. Bagaimanapun, pada masa itu, artinya telah lama berubah.

Pada era pemerintahan samurai, istilah awal yumitori (“pemanah”) juga digunakan sebagai gelar kehormat bagi sejumlah kecil panglima perang, walaupun pemain pedang telah menjadi lebih penting. Pemanah Jepang (kyujutsu), masih berkaitan erat dengan dewa perang Hachiman.

Berikut adalah beberapa istilah lain samurai.

  • Buke (武家) – Ahli bela diri
  • Kabukimono – Perkataan dari kabuku atau condong, ia merujuk kepada gaya samurai berwarna-warni.
  • Mononofu (もののふ) – Istilah silam yang berarti panglima.
  • Musha (武者) – Bentuk ringkasan Bugeisha (武芸者), harafiah. pakar bela diri.
  • Si (士) – Huruf kanji pengganti samurai.
  • Tsuwamono (兵) – Istilah silam bagi tentara yang ditonjolkan oleh Matsuo Basho dalam haiku terkemukanya. Arti harafiahnya adalah orang kuat.

Senjata

Samurai mengunakan beberapa macam jenis senjata, tetapi katana adalah senjata yang identik dengan keberadaan mereka, Dalam Bushido diajarkan bahwa katana adalah roh dari samurai dan kadang-kadang digambarkan bahwa seorang samurai sangat tergantung pada katana dalam pertempuran. Mereka percaya bahwa katana sangat penting dalam memberi kehormatan dan bagian dalam kehidupan. Sebutan untuk katana tidak dikenal sampai massa Kamakura (1185–1333), sebelum masa itu pedang Jepang lebih dikenal sebagai tachi dan uchigatana, Dan katana sendiri bukan menjadi senjata utama sampai massa Edo.

Apabila seorang anak mancapai usia tiga belas tahun, ada upacara yang dikenali sebagai Genpuku. Anak laki-laki yang menjalani genpuku mendapat sebuah wakizashi dan nama dewasa untuk menjadi samurai secara resmi. Ini dapat diartikan dia diberi hak untuk mengenal katana walaupun biasanya diikat dengan benang untuk menghindari katana terhunus dengan tidak sengaja. Pasangan katana dan wakizashi dikenali sebagai Daisho, yang berarti besar dan kecil.

Senjata samurai yang lain adalah yumi atau busar komposit dan dipakai selama beberapa abad sampai masa masuknyah senapan pada abad ke-16. Busur komposit model Jepang adalah senjata yang bagus. Bentuknya memungkinkan untuk digunakan berbagai jenis anak panah, seperti panah berapi dan panah isyarat yang dapat menjangkau sasaran pada jarak lebih dari 100 meter, bahkan bisa lebih dari 200 meter bila ketepatan tidak lagi diperhitungkan, Senjata ini biasanya digunakan dengan cara berdiri dibelakang Tedate (手盾) yaitu perisai kayu yang besar, tetapi bisa juga digunakan dengan menunggang kuda. Latihan memanah di belakang kuda menjadi adat istiadat Shinto, Yabusame (流鏑馬). Dalam pertempuran melawan penjajah Mongol, busur komposit menjadi senjata penentu kemenangan, Pasukan Mongol dan Cina pada waktu itu memakai {busur komposit]] dengan ukuran yang lebih kecil, apalagi dengan keterbatasannya dalam pemakaian pasukan berkuda.


Samurai (侍 atau 士?) adalah istilah untuk perwira militer kelas elit sebelum zaman industrialisasi di Jepang. Kata “samurai” berasal dari kata kerja “samorau” asal bahasa Jepang kuno, berubah menjadi “saburau” yang berarti “melayani”, dan akhirnya menjadi “samurai” yang bekerja sebagai pelayan bagi sang majikan.

Istilah yang lebih tepat adalah bushi (武士) (harafiah: “orang bersenjata”) yang digunakan semasa zaman Edo. Bagaimanapun, istilah samurai digunakan untuk prajurit elit dari kalangan bangsawan, dan bukan contohnya, ashigaru atau tentara berjalan kaki. Samurai yang tidak terikat dengan klan atau bekerja untuk majikan (daimyo) disebut ronin (harafiah: “orang ombak”). Samurai yang bertugas di wilayah han disebut hanshi.

Samurai dianggap mesti bersopan dan terpelajar, dan semasa Keshogunan Tokugawa berangsur-angsur kehilangan fungsi ketentaraan mereka. Pada akhir era Tokugawa, samurai secara umumnya adalah kakitangan umum bagi daimyo, dengan pedang mereka hanya untuk tujuan istiadat. Dengan reformasi Meiji pada akhir abad ke-19, samurai dihapuskan sebagai kelas berbeda dan digantikan dengan tentara nasional menyerupai negara Barat. Bagaimanapun juga, sifat samurai yang ketat yang dikenal sebagai bushido masih tetap ada dalam masyarakat Jepang masa kini, sebagaimana aspek cara hidup mereka yang lain.

[sunting] Etimologi

Perkataan samurai berasal pada sebelum zaman Heian di Jepang di mana bila seseorang disebut sebagai saburai, itu berarti dia adalah seorang suruhan atau pengikut. Hanya pada awal zaman modern, khususnya pada era Azuchi-Momoyama dan awal periode/era Edo pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 perkataan saburai bertukar diganti dengan perkataan samurai. Bagaimanapun, pada masa itu, artinya telah lama berubah.

Pada era pemerintahan samurai, istilah awal yumitori (“pemanah”) juga digunakan sebagai gelar kehormat bagi sejumlah kecil panglima perang, walaupun pemain pedang telah menjadi lebih penting. Pemanah Jepang (kyujutsu), masih berkaitan erat dengan dewa perang Hachiman.

Berikut adalah beberapa istilah lain samurai.

  • Buke (武家) – Ahli bela diri
  • Kabukimono – Perkataan dari kabuku atau condong, ia merujuk kepada gaya samurai berwarna-warni.
  • Mononofu (もののふ) – Istilah silam yang berarti panglima.
  • Musha (武者) – Bentuk ringkasan Bugeisha (武芸者), harafiah. pakar bela diri.
  • Si (士) – Huruf kanji pengganti samurai.
  • Tsuwamono (兵) – Istilah silam bagi tentara yang ditonjolkan oleh Matsuo Basho dalam haiku terkemukanya. Arti harafiahnya adalah orang kuat.

[sunting] Senjata

Samurai mengunakan beberapa macam jenis senjata, tetapi katana adalah senjata yang identik dengan keberadaan mereka, Dalam Bushido diajarkan bahwa katana adalah roh dari samurai dan kadang-kadang digambarkan bahwa seorang samurai sangat tergantung pada katana dalam pertempuran. Mereka percaya bahwa katana sangat penting dalam memberi kehormatan dan bagian dalam kehidupan. Sebutan untuk katana tidak dikenal sampai massa Kamakura (1185–1333), sebelum masa itu pedang Jepang lebih dikenal sebagai tachi dan uchigatana, Dan katana sendiri bukan menjadi senjata utama sampai massa Edo.

Apabila seorang anak mancapai usia tiga belas tahun, ada upacara yang dikenali sebagai Genpuku. Anak laki-laki yang menjalani genpuku mendapat sebuah wakizashi dan nama dewasa untuk menjadi samurai secara resmi. Ini dapat diartikan dia diberi hak untuk mengenal katana walaupun biasanya diikat dengan benang untuk menghindari katana terhunus dengan tidak sengaja. Pasangan katana dan wakizashi dikenali sebagai Daisho, yang berarti besar dan kecil.

Senjata samurai yang lain adalah yumi atau busar komposit dan dipakai selama beberapa abad sampai masa masuknyah senapan pada abad ke-16. Busur komposit model Jepang adalah senjata yang bagus. Bentuknya memungkinkan untuk digunakan berbagai jenis anak panah, seperti panah berapi dan panah isyarat yang dapat menjangkau sasaran pada jarak lebih dari 100 meter, bahkan bisa lebih dari 200 meter bila ketepatan tidak lagi diperhitungkan, Senjata ini biasanya digunakan dengan cara berdiri dibelakang Tedate (手盾) yaitu perisai kayu yang besar, tetapi bisa juga digunakan dengan menunggang kuda. Latihan memanah di belakang kuda menjadi adat istiadat Shinto, Yabusame (流鏑馬). Dalam pertempuran melawan penjajah Mongol, busur komposit menjadi senjata penentu kemenangan, Pasukan Mongol dan Cina pada waktu itu memakai {busur komposit]] dengan ukuran yang lebih kecil, apalagi dengan keterbatasannya dalam pemakaian pasukan berkuda.