Novel Toto Chan

Posted: 22 Februari 2017 in BUDAYA DUNIA, BUDAYA JEPANG, KRONIK BUDAYA, Sasra

Novel toto chan

Sastra merupakan fenomena kemanusiaan yang kompleks, di dalamnya penuh makna yang harus digali melalui penelitian yang mendalam pula. “Salah satu fungsi karya sastra dalam masyarakat adalah sebagai alat penyampaian nilai-nilai kemanusiaan dengan mengungkap fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat” (Semi, 1988: 85). Oleh karena itu, penelitian terhadap karya sastra menjadi penting, baik dari segi karya sastra itu sendiri maupun hubungan karya dengan realitas manusia, misalnya dari segi psikologi. Salah satu novel yang bicara tentang problematika kepribadian dalam proses pendidikan adalah novel Madogiwa No Totto-chan (Totto-chan Gadis Cilik di Jendela).

Novel Madogiwa No Totto-chan merupakan novel autobiografi karangan Tetsuko Kuroyanagi. Autobiografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh dirinya sendiri (Hardjana, 1994 :65). Kuroyanagi yang lahir pada tanggal 9 Agustus 1933 di Nogisaka, Tokyo, merupakan seorang aktris Jepang internasional yang terkenal, seorang pembawa acara talk show, seorang penulis novel anak terlaris, World Wide Fund untuk Penasihat Alam, dan Goodwill Ambassador untuk UNICEF. Kuroyanagi juga terkenal dengan karya amal dan merupakan salah satu selebriti Jepang pertama yang mencapai pengakuan internasional. Selain mendirikan Yayasan Totto, Kuroyanagi juga mendirikan yayasan kereta aktor profesional tuli dan menerapkan visi dalam membawa teater untuk orang tuli. Pada tahun 2006,Kuroyanagi dianugerahi penghargaan oleh Donald Richie sebagai wanita yang paling popular di Jepang, melalui bukunya yang berjudul Japanese Potrait : Pictures of Different People (Potret Jepang: Foto-foto Orang yang berbeda-beda). (www.wikipedia.com. Diunduh tanggal 29 Desember 2010:21.15)

Novel Madogiwa No Totto-chan adalah novel yang terbit di tahun 1981.Setelah terbit, novel ini menjadi novel terlaris dalam sejarah Jepang. Novel ini pertama kali diterjemahkan ke Bahasa Inggris tahun 1984 oleh Dorothy Britton dan hingga sekarang telah diterbitkan di lebih dari 30 negara. Berkat keberhasilan novel ini, Kuroyanagi meraih banyak penghargaan. Diantaranya adalah penghargaan non-fiksi terbaik di Jepang, penghargaan atas penjualan novel terlaris, dan penghargaan dari perdana mentri Jepang ketika acara peringatan penyandang cacat sedunia (www.wikipedia.com. Diunduh tanggal 29 Desember 2010:21.15).

Novel Madogiwa No Totto-chan bercerita tentang masa lalu Kuroyanagi yang akrab dipanggil dengan Totto-chan semasa kecil. Totto-chan merupakan anak yang nakal dan sulit diterima di sekolah umum. Sejak dikeluarkan dari sekolah lamanya, Ia dipindahkan ke sekolah baru yang bernama Sekolah Tomoe. Sekolah Tomoe merupakan tempat pertama kalinya Ia bertemu dengan Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi yang akhirnya mampu membuat banyak perubahan dalam hidupnya serta teman-temannya. Teman-teman Totto-chan yang juga memiliki masalah dalam kepribadian adalah Takahashi-kun dan Ooe-kun.Takahashi-kun merupakan anak yang memiliki pertumbuhan fisik yang sempurna dan memiliki rasa tidak percaya diri sedangkan Ooe-kun merupakan anak yang nakal dan tidak menghargai temannya. Sekolah Tomoe adalah sekolah yang dibangun sekaligus dikepalai oleh Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi. Kepala Sekolah Kobayashi menerapkan metode pendidikan yang berbeda dari sekolah-sekolah lainnya. Ia menerapkan metode pengajaran yang bebas dan mandiri.

Metode tersebut dapat membuat anak berkembang dengan cara mereka sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain. Kepala Sekolah Kobayashi berpendapat bahwa setiap anak membawa watak dan kepribadian baik ketika dilahirkan ke dunia. Ada bermacam-macam dampak yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pengaruh buruk orang dewasa dalam pertumbuhan mereka. Oleh karena itu, Ia berusaha menemukan watak dan kepribadian baik itu agar anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang khas. Kepala Sekolah Kobayashi juga merupakan seorang pendidik yang sangat menyenangkan dan tidak pernah memarahi murid-muridnya karena menurutnya mendidik anak bukanlah dengan kemarahan tapi dengan nasehat, pujian, dan kepercayaan. Kepala Sekolah Kobayashi membuat anak-anak percaya diri, bertanggung jawab, menyayangi sesama, dan saling tolong-menolong. Ia juga membentuk beragam karakter anak serta selalu mengenalkan mereka dengan alam karena menurutnya alam menyimpan berbagai ilmu pengetahuan.

Dari ringkasan cerita tersebut, Kepala Sekolah Kobayashi mengarahkan psikologis anak didik sesuai proses perkembangan mereka dan tanpa adanya paksaan. Hal ini sangat penting dalam mendidik anak. “Novel Madogiwa No Totto-chan mampu membuat perubahan di Jepang. Metode pendidikan yang diterapkan Kobayashi menjadi pelopor perubahan sistem pendidikan Jepang” (Andriana, 2010:23).

Dapat disimpulkan bahwa sejak novel ini terbit, metode pendidikan Kepala Sekolah Kobayashi mulai digunakan dan menjadi acuan dalam perubahan sistem pendidikan Jepang.Novel Madogiwa No Totto-chan banyak mengandung metode pendidikan yang tepat dalam mendidik anak. Dengan memperhatikan metode pendidikan yang diterapkan Kepala Sekolah Kobayashi untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal, peneliti merasa tertarik mengkaji novel Madogiwa No Totto-chan untuk membahas masalah kepribadian pada anak-anak yang mampu berubah menjadi pribadi yang lebih baik dengan adanya proses pendidikan yang tepat. “Kepribadian merupakan kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya secara unik” (Jahja, 2011:67).

Peneliti menjadikan novel Madogiwa No Totto-chan sebagai judul skripsi “Problematika Kepribadian dalam Proses Pendidikan dalam Novel Madogiwa No Totto-Chan Karya Tetsuko Kuroyanagi; Tinjauan Psikologi Sastra”.

 

Tinggalkan komentar